Jika diartikan dari segi bahasa, acidizing itu berarti pengasaman. Dalam dunia migas, acidizing adalah pengasaman reservoir (formasi produktif) untuk meningkatkan faktor perolehan. Selain digunakan di lapangan minyak atau gas, acidizing juga dilakukan di lapangan panas bumi (geothermal). Tujuannya sama, meningkatkan faktor perolehan.
Dalam pelaksanaannya, acidizing dilakukan dengan menginjeksikan pad yang viscous (kental) untuk membuat rekahan di zona produktif, kemudian baru diinjeksikan asam yang akan “memakan” permukaan rekahan secara tidak merata (karena sifat kekerasan batuan tidak merata). Efek ketidakmerataan ini diharapkan akan menjadi semacam “pengganjal” (proppant) jika rekahan telah tertutup. Di lapangan geothermal, acidizing biasa dilakukan setelah pemboran*.
Karena pengasaman, maka batuan (zona produktif) yang harus diasam biasanya memiliki kadar kapur yang cukup tinggi seperti limestone, atau batuan karbonat. Efek pengasaman ini tidak signifikan terhadap formasi sandstone (batu pasir) karena tidak terjadi reaksi antara sandstone dan asam.
Perlu diperhatikan juga bahwa kadar asam yang digunakan untuk acidizing tidak boleh terlalu tinggi. Penggunaan kadar asam yang tinggi (meski lebih efektif) akan merusak peralatan dalam sumur karena asam bersifat korosif.
Pengasaman biasanya dilakukan untuk formasi yang permeable. Untuk formasi yang non permeable, biasanya dilakukan teknik yang disebut dengan perekahan atau fracturing. Tujuan fracturing adalah membuat “jalan” baru untuk tempat mengalir hidrokarbon.
Dalam pelaksanaannya, acidizing dilakukan dengan menginjeksikan pad yang viscous (kental) untuk membuat rekahan di zona produktif, kemudian baru diinjeksikan asam yang akan “memakan” permukaan rekahan secara tidak merata (karena sifat kekerasan batuan tidak merata). Efek ketidakmerataan ini diharapkan akan menjadi semacam “pengganjal” (proppant) jika rekahan telah tertutup. Di lapangan geothermal, acidizing biasa dilakukan setelah pemboran*.
Karena pengasaman, maka batuan (zona produktif) yang harus diasam biasanya memiliki kadar kapur yang cukup tinggi seperti limestone, atau batuan karbonat. Efek pengasaman ini tidak signifikan terhadap formasi sandstone (batu pasir) karena tidak terjadi reaksi antara sandstone dan asam.
Perlu diperhatikan juga bahwa kadar asam yang digunakan untuk acidizing tidak boleh terlalu tinggi. Penggunaan kadar asam yang tinggi (meski lebih efektif) akan merusak peralatan dalam sumur karena asam bersifat korosif.
Pengasaman biasanya dilakukan untuk formasi yang permeable. Untuk formasi yang non permeable, biasanya dilakukan teknik yang disebut dengan perekahan atau fracturing. Tujuan fracturing adalah membuat “jalan” baru untuk tempat mengalir hidrokarbon.
Sign up here with your email