Renungan programmer

Asrama etos di daerah bandung baru saja selesai mengadakan seleksi gelombang kedua. Para calon merupakan siswa-siswi yang akan mengikui USM ITB, jadi seleksi gelombang kedua ini tidak sebanyak seleksi gelombang pertama maupun ketiga. Meskipun seleksi telah selesai, namun masih ada sesuatu yang masih membekas di pikiran saya ketika ada orang tua calon etoser berbincang-bincang dengan kami di malam harinya.

Pendidikannya tidak setinggi orang tua lain seusianya, namun ada sesuatu yang beda dari cara bicara bapak ini. Berangkat dari Tasikmalaya membawa seorang putri yang akan mengikuti seleksi beastudi etos, bapak yang satu ini ternyata memiliki prinsip yang sangat bagus dan terus terang tidak saya duga sebelumnya. Inti dari prinsip yang saya dapat adalah, ketidaktahuannya terhadap sesuatu membuat dia lebih bertanya dan mengalahkan sifat malunya.

Saya sendiri sempat termenung. “Ketidaktahuan itu harus lebih besar daripada sifat malu.” Intinya, seseorang itu harus bertanya dan membuang jauh-jauh rasa malu karena hal tersebut dapat menutup diri kita dari ilmu maupun pengetahuan yang kita butuhkan.

Tidak sampai di sana takjub saya pada bapak yang satu ini, setelah saya menjelaskan semua proses secara mendetail seputar seleksi, bapak itu berbicara bahwa hasil seleksi nantinya merupakan sesuatu yang harus diterima. Baik anaknya diterima di etos maupun tidak, karena kehidupan itu seperti seorang programmer dan penggunanya.

Seorang pengguna dalam hal ini mahluk Allah, tidak bisa tahu secara mendetail tentang program yang digunakannya (takdir). Yang paling tahu tentang seluk beluk programmnya adalah programmer (Allah SWT). Jadi, kita tidak boleh marah terhadap takdir yang menimpa kita. Bisa jadi apa yang kita benci merupakan yang terbaik versi Allah. Dan apa yang kita anggap baik merupakan hal yang buruk versi Allah.
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).