@ Wahyu Nugroho
Seputar Nisfu Sya'ban sudah dishared oleh temen-temen. Lengkapknya seperti dari akh Abu Alvino dan ibn Muechjidin berikut:
5 (lima) Artikel di rumaysho.com yang membahas Seputar Malam Nishfu Sya'ban :
[1]. http://rumaysho.com/belajar-
» Artikel ini membahas beberapa hadits dhoif dan maudhu di bulan sya'ban.
[2]. http://rumaysho.com/belajar-
» Artikel ini membahas amalan keliru di malam nishfu sya'ban.
[3]. http://rumaysho.com/belajar-
» Artikel ini meninjau lebih jauh tentang pendalilan sebagian ulama mengenai keutamaan malam nishfu sya'ban dan bantahannya.
[4]. http://rumaysho.com/belajar-
» Artikel ini menjelaskan amalan keliru dan dianjurkan di bulan Sya'ban.
[5]. http://rumaysho.com/belajar-
» Artikel ini meneliti hadits yang membicarakan malam nishfu sya'ban secara lebih jauh.
Silakan disebar pada kaum muslimin lainnya.
Semoga bermanfaat...
⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽✽✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊
Berikut ini ada beberapa tambahan mengenai beberapa amalan yang sunnah pada bulan Sya'ban.
بسم الله
Beberapa Catatan Penting
Untuk
Bulan Sya’ban
=====================
1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyikapi bulan Sya’ban;
Dari shahabat Usamah bin Zaid radhiallohu ‘anhuma, ia berkata: “Aku bertanya; ‘Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa lebih giat di bulan-bulan lain selain bulan Sya’ban?’, beliau menjawab:
(ذاك شهر تغفل الناس فيه عنه ، بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين ، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم)
'Di bulan itu banyak orang terlalaikan darinya, antara Rajab dan Ramadhan, pada bulan tersebut diangkat amalan kepada Rabb semesta alam, dan aku sangat senang jika amalanku diangkat dan aku sedang berpuasa”.
HR. Ahmad dan Nasa’i.
Dari ‘Aisyah radhiallohu ‘anha, ia berkata:
“كان أحب الشهور إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يصومه شعبان ثم يصله برمضان”.
“Bulan yang lebih dicintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berpuasa sunah padanya adalah bula Sya’ban kemudian beliau lajutkan dengan puasa Ramadhan”.
HR. Abu Dawud, dan dishahihkan Al Albaniy dalam Shahaih Sunan Abi Dawud: 2/ 461.
2. PUASA SUNNAH di bulan Sya’ban.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah ditanya:
"Apa hukum puasa di bulan Sya’ban?"
الجواب: الصيام في شهر شعبان سنة والإكثار منه سنة حتى قالت عائشة رضي الله عنها: (( ما رأيته أكثر صياماً منه في شعبان)) فينبغي الإكثار من الصيام في شهر شعبان لهذا الحديث.
قال أهل العلم : وصوم شعبان مثل السنن الرواتب بالنسبة للصلوات المكتوبة، ويكون كأنه تقدمه لشهر رمضان، أي كأنه راتبه لشهر رمضان، ولذلك سن الصيام في شهر شعبان، وسن الصيام ستة أيام من شهر شوال كالراتبة قبل المكتوبة وبعدها. وفي الصيام في شعبان فائدة أخرى وهي توطين النفس وتهيئتها للصيام لتكون مستعدة لصيام رمضان، سهلا عليها أداؤه.
Jawab:
"Puasa di bulan Sya’ban hukumnya sunnah, dan memperbanyak puasa di saat itu juga sunnah, oleh karena itulah ‘Aisyah radhiallohu ‘anha berkata: “Saya tidaklah pernah melihat beliau berpuasa (puasa sunnah; penj.) lebih banyak daripada di bulan Sya’ban”, sehingga selayaknya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban berdasarkan hadits ini.
Dan para Ulama’ menjelaskan bahwasanya puasa sunnah bulan Sya’ban itu kedudukannya seperti shalat sunnah rawatib yang mengiringi shalat fardhu’, sehingga puasa sunnah tersebut mengiringi sebagai pendahuluan untuk puasa Ramadhan, seakan-akan dikatakan sebagai ‘Rawatibnya Ramadhan’, maka puasa sunnah di bulan Sya’ban itu disunnahkan, dan juga disunnahkan puasa enam hari di bulan Syawwal, oleh karena itulah ini bagaikan ‘Rawatib qabliyyah (sebelum) dan ba’diyyah (sesudah) bagi shalat fardhu’.
Dan puasa Sya’ban itu juga memiliki keutamaan lainnya, diantaranya adalah menentramkan jiwa dan mempersiapkannya untuk puasa, sehingga menjadi siap untuk puasa Ramadhan, sambutan untuk menunaikannya".
http://www.ibnothaimeen.com/
3. DISUNNAHKAN MEMPERBANYAK
Syaikh Shalih Fauzan Al Fauzan ditanya:
"Apakah disunnahkan untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban?, dan apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga biasa melakukannya?"
الجواب: نعم، كان النبي صلى الله عليه وسلم يكثر الصيام في شعبان، إلا أنه لا يصومه كاملاً، فقد كان يترك منه شيئاً، والسنّة أن الإنسان يكثر الصيام في شعبان، يصوم أكثره ولا يستكمله.
Jawab:
"Ya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dulu biasa memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, namun tidak seluruh harinya, terkadang beliau tinggalkan beberapa hari.
Sehingga, yang disunnahkan adalah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, memperbanyak namun tidak seluruhnya".
http://www.alfawzan.af.org.sa/
4. JIKA TELAH SEPARUH BULAN AKHIR SYA’BAN
Dari Abu Hurairah radhaillohu ‘anhu ia berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“ إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلا تَصُومُوا ".
“Jika telah tiba separuh akhir bulan Sya’ban, janganlah kalian berpuasa”.
HR. Abu Dawud, Tirmidziy, Ibnu Majah dan dishahihkan Al Albaniy dalam shahih sunan Tirmidziy: 590.
Berkata Ibnu Baz rahimahullah:
“Para Ulama Syafi’iyyah beramal dengan seluruh hadits tersebut, dan mereka menjelaskan bahwa tidak boleh berpuasa setelah pertengahan Syàbān, kecuali bagi yang memiliki kebiasaan atau ia melanjutkan puasanya sebelum pertengahan Syàbān”.
Dan juga beliau berkata: “Yang dilarang adalah jika memulai puasanya setelah pertengahan Syàbān, adapun bagi yang telah banyak berpuasa di bulan Sya’ban atau seluruh hari-harinya maka jika seperti itu ia telah mencocoki Sunnah”.
(Fatawa Islam, no. 13726 dan Fatawa Ibnu Baz: 15/ 385).
5. NISHFU SYA’BAN
Berkata Syaikh Ibnu Baz rahimahullah:
ليلة النصف من شعبان ليس فيها حديث صحيح ، كل الأحاديث الواردة فيها موضوعة وضعيفة لا أصل لها ، وهي ليلة ليس لها خصوصية لا قراءة ولا صلاة خاصة ولا جماعة ، وما قاله بعض العلماء أن لها خصوصية : فهو قول ضعيف ، فلا يجوز أن تُخصَّ بشيءٍ ، هذا هو الصواب ، وبالله التوفيق “.
“Pada malam Nishfu Sya’ban itu tidak ada sama sekali hadits yang shahih menjelaskan adanya keutamaannya, seluruh hadits yang menyebutkan tentang keutamannya itu palsu dan lemah serta tidak ada asalnya, sehingga malam nishfu (pertengahan) bulan Sya’ban itu tidakla memiliki kekhususan apapun, tidak dengan bacaan Al Qur’an, atau shalat khusus, atau dengan berjama’ah.
Adapun ucapan sebagian Ulama’ yang menjelaskan pada nishfu Sya’ban itu ada kekhususannya, maka ini adalah ucapan yang dha’if, sehingga tidaklah boleh mengkhususkannya dengan sesuatu apapun, inilah yang benar, semoga Allah memberi taufik”.
فتاوى إسلامية " ( 4 / 511 ) .
6. CUKUP DENGAN MENGIKUTI SUNNAH RASUL.
Ibnu Mas’ud radhiyallōhu ‘anhu berkata:
اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ
“Ikutilah (petunjuk Nabi shallōllōhu ‘alaihi wa sallōm, pen), janganlah membuat amalan yang tidak ada tuntunannya. Karena (ajaran Nabi shallōllōhu ‘alaihi wa sallōm) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.” (Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 8770. Al Haytsamiy mengatakan dalam Majma’ Zawa’id bahwa para perowinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shohih).
~~~~~
Akhukum Hudzaifah bin Muhammad.
Sign up here with your email