Masbuq saat shalat Jum'at


📚 PERMATA SUNNAH 📚

📑 EDISI : FIQH

✒ Masbuq dari Shalat Jumat 📜

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:

🔊 Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

🔉 Makmum masbuq (tertinggal) dari shalat Jum’at yang masih mendapatkan raka’at imam, maka ia menggenapi raka’at yang kurang. Seseorang dianggap mendapatkan raka’at imam jika mendapatkan ruku’ bersama imam. Namun jika ia sudah tidak mendapati raka’at imam, maka ia melakukan shalat empat raka’at, yaitu shalat Zhuhur, karena ia telah kehilangan jama’ah yang merupakan syarat shalat Jum’at.

🔉 Hal ini sebagaimana penjelasan dari banyak ulama, antara lain sebagai berikut.

1⃣ Imam Ibnul Mundzir rahimahullah berkata di dalam kitab al-Ausath (4/100):
“Sebagian Ulama berkata, ‘Barangsiapa mendapati satu raka’at dari shalat Jum’at (bersama imam, Pen.), (maka) ia manambah satu raka’at lagi. Jika ia (makmum masbuq, Pen.) mendapati mereka (imam dan makmum) duduk (tasyahud), (maka) ia shalat empat raka’at (yaitu shalat Zhuhur, Pen.). Demikian ini dikatakan oleh Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Umar, Anas bin Mâlik, Sa’id bin Musayyib, al-Hasan, asy-Sya’bi, ‘Alqomah, al-Aswad, ‘Urwah, an-Nakha’i, dan az-Zuhri”. Kemudian Ibnul-Mundzir menyebutkan riwayat-riwayat itu dengan sanad-sanadnya. [1]

2⃣ Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata,

مَنْ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ فَقَدْ أَدْرَكَ الْجُمْعَةَ وَمَنْ لَمْ يُدْرِكِ الرَّكْعَةَ فَلْيُصَلِّ أَرْبَعًا

"Barangsiapa (dari makmum masbuq, Pen.) mendapati satu raka’at (dari shalat Jum’at bersama imam, Pen.), (maka) ia telah mandapatkan Jum’at. Dan barangsiapa tidak mendapatkan Jum’at, hendaklah ia shalat empat raka’at (yaitu shalat Zhuhur, Pen.)." [2]

3⃣ Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhu berkata,

إِذَا أَدْرَكَ الرَّجُلُ يَوْمَ الْجُمْعَةِ رَكْعَةً؛ صَلَّى إِلَيْهَا أُخْرَى، فَإِذَا وَجَدَهُمْ جُلُوْسًا؛ صَلَّى أَرْبَعًا

"Jika seorang laki-laki (dari makmum masbuq, Pen.) pada hari Jum’at mendapati satu raka’at (dari shalat Jum’at bersama imam, Pen.), (maka) ia menambah lagi satu raka’at. Namun jika mendapati mereka duduk (tasyahud), (maka) ia shalat empat raka’at (yaitu shalat Zhuhur, Pen.)." [Riwayat Abdur- Razaq dalam al-Mushannaf, 3/234, sanadnya shahîh] [3].

Wallahu Waliyyut Taufiq.

الله أعلم بالصواب
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

[1]. Lihat kitab al-Ahkâm wal Masâ-il al-Muta’alliqah bil-Jum’at, karya Syaikh Yahya al-Hajuri,119.
[2]. Riwayat Abdur-Razaq dalam al-Mushannaf (3/235, no. 5477), Ibnu Abi Syaibah (2/128), dan sanadnya shahîh.
[3]. Lihat kitab al-Ahkâm wal Masa-il al-Muta’alliqah bil-Jum’at, karya Syaikh Yahya al-Hajuri, 1/120.

📝 Editor : Admin Grup Permata Sunnah

♻ Silahkan disebar kiriman ini, semoga bermanfaat dan menjadi amal jariyah. Jazakumullahu Khairan.
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).