
Kegigihan Ulama dalam Mencari Ilmu dan ‘Kegigihan Kita’

Zaman sekarang adalah zaman serba mudah. Belajar dimanapun, kapanpun,
dan bagaimanapun keadaanya Kita masih bisa mencari ilmu. Berdiri,
duduk, dan berbaring, semua bisa. Bahkan, seakan-akan ilmu itu datang
kepada kita dengan mudahnya, datang tanpa diundang, dan mungkin ilmu itu
sudah 'memaksa' kita untuk menelannya mentah-mentah.
Namun, apakah kita sudah menghormati tamu agung yg datang kepada kita itu?
Ya, ilmu seakan telah mengetuk pintu rumah kita lewat gadget yg sejatinya adalah nikmat terbesar buat kita...!
Akankah kita jadikan ‘niqmat’...?
Tidakkah kita malu dengan Para Ulama zaman dahulu yg namanya harum
semerbak mewangi bak bunga melati, padahal tubuh mereka dahulu selalu
basah dengan peluh setiap hari?
Tidakkah kita malu dengan Mereka yg nisannya saja hampir tak diketahui namun namanya dikenal, selalu dikenang penduduk bumi?
Lihatlah bagaimana keadaan mereka, dan bandingkan dengan kita yg kerdil ini...?

Sa'd bin Abi Waqqash رضي الله عنه berkata: “Sungguh kalian melihat kami
(para Sahabat) menemani Rasulullah صلى الله عليه و سلم dan kami tidak
punya makanan selain dedaunan, sampai seorang diantara kita makan
seperti makannya kambing ”. (Hilyatul Auliya 1 / 92).

Abu Hurairah رضي الله عنه berkata: “Sungguh kalian melihatku seperti
orang terkena epilepsi (ayan) diantara mimbar Rasulullah صلى الله عليه
وسلم dan kamar 'Aisyah رضي الله عنها, lalu orang mengatakan ‘dia gila’.
Tidaklah aku gila, tidaklah yg menimpaku melainkan karena aku
kelaparan” (Hilyatul Auliya 1/379).

Abu Mas'ud Abdurrahim Al-Haji berkata: Aku mendengar Ibnu Thahir
رØÙ…هما الله menuturkan: “Aku kencing darah dua kali dalam mencari
hadits, sekali di Baghdad dan sekali di Makkah, aku berjalan tanpa alas
kaki ditengah panas terik, aku pernah mengalaminya, aku tidak pernah
naik hewan tunggangan sekalipun dalam mencari hadits, aku pikul
kitab-kitabku diatas punggunggku sendiri, aku tidak pernah minta tolong
kepada seorangpun, dan akupun hidup sesuai apa yg Allah berikan kepadaku
saja” (Siyar A'lamin Nubala 19/363).

Al-Imam Ibnu Al-Qasim رØÙ…Ù‡ الله berkata: ''Imam Malik رØÙ…Ù‡ الله
habis-habisan dalam mencari ilmu, sampai-sampai beliau mencongkel atap
rumahnya lalu menjual kayunya'' (Tarikh Baghdad 2 / 13).

Khalaf bin Hisyam رØÙ…Ù‡ الله menuturkan menuturkan: '' Ada satu bab
dalam ilmu nahwu yang aku tidak tahu, lalu aku keluarkan 80.000 Dirham
sampai aku menguasainya” (Siyar A'lamin Nubala 10/578)

Ibnu 'Uyainah رØÙ…Ù‡ الله berkata: Aku mendengar Syu'bah mengatakan:
“Siapa yg mencari Hadits pasti bangkrut!, Aku jual bejana ibuku dengan
harga tujuh dinar ” (Siyar A'lamin Nubala 7 / 220).
Heem...!
Masihkah kita akan berkeluh-kesah dengan mengatakan:
“Duh capek...! ”?
“Duh jauh masjidnya...! ”?
“Duh bayar...! ”?
“Duh mahal...! ”?
“Duh Ustadznya ga enak... ga lucu...! ”? Dll...
Sebatas Itukah semangatmu untuk mendapatkan ilmu? Sebatas itukah pengorbananmu Demi akhiratmu?

... Semoga Allah membangunkan kita semua dari tidur panjang kita di dalam gua kemalasan yang berkepanjangan...
✏ Oleh: Agung Budiardi
Sign up here with your email