Keutamaan Bersabar

TERMASUK KEIMANAN KEPADA ALLAH, BERSABAR ATAS SEGALA KETENTUAN ALLAH

Firman Allah Ta'âlâ,
وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ.
"Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." [At-Taghâbûn: 11]
Alqamah berkata,
هُوَ الرَّجُلُ تُصِيبُهُ الْمُصِيبَةُ فَيَعْلَمُ أَنَّهَا مِنْ عِنْدِ اللهِ، فَيَرْضَى وَيُسَلِّمُ.
"Yaitu seseorang, ketika ditimpa oleh musibah, meyakini bahwa hal itu berasal dari sisi Allah maka ia pun ridha dan menerima (takdir-Nya)."

Dengan bab ini, Penulis ingin menjelaskan kewajiban bersabar atas segala ketentuan (Allah) dan keharaman bersikap gusar terhadap (segala ketentuan) tersebut (karena tidak menerima ketentuan itu, -pent.) sebab sikap itu akan menafikan kesempurnaan tauhid.
Allah Ta'âlâ mengabarkan bahwa barangsiapa ditimpa suatu musibah, dan ia mengetahui bahwa musibah itu merupakan takdir dari Allah, kemudian ia bersabar dan mengharap pahala serta menerima ketentuan Allah itu, Allah akan menunjuki hatinya dan menggantikan untuknya apa-apa yang hilang dari dunianya dengan petunjuk dalam hatinya dan keyakinan yang jujur. Bahkan kadang-kadang diberi ganti yang sama dengan apa yang telah diambil darinya atau dengan yang lebih baik.
Pada ayat di atas terdapat petunjuk tentang keutamaan bersabar atas takdir-takdir Allah yang menyakitkan.

Faedah Ayat
1. Keutamaan bersabar atas takdir Allah yang menyakitkan, seperti musibah- musibah.
2. Bahwa amalan termasuk dalam keimanan.
3. Bahwa kesabaran merupakan sebab datangnya petunjuk bagi hati.
4. Bahwa petunjuk adalah termasuk balasan bagi orang yang bersabar.

[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya Syaikh Shalih Al-Fauzan]

Fb: Dzulqarnain M. Sunusi - dzulqarnain.net
Twitter: @DzulqarnainMS

Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).