Pertanyaan- Pertanyaan Yang Meruntuhkan Keyakinan Syi’ah (Bag. 2)

Al Quran Menurut Versi Syi’ah

1. Syi’ah meyakini, Al Quran telah dibuang dan dirubah ayat-ayatnya oleh Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma. Mereka meriwayatkan dari Abu Ja’far pernah ditanyakan kepadanya: “Mengapa Ali disebut Amirul Mukminin?” Ia menjawab: “Allah yang menamakannya, dan demikianlah Dia menurunkannya dalam kitab-Nya:

“Dan ingatlah ketika Rabmu mengambil dari Bani Adam dari tulang sulbi mereka akan keturunan mereka, dan mengambil persaksian mereka atas diri mereka, ‘Bukankah aku Rab kalian, Muhammad adalah Rasul-Ku, dan Ali adalah Amirul Mukminin?. (Mirip dengan surat Al A’raf: 172, dengan tambahan kalimat yang ditebalkan). (Ushul Al Kafi).

Alkulaini mengatakan mengenai Tafsir ayat ke 157 dari surat Al A’raf yang berbuyi:
فَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
“Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
(Q.S Al A’raf: 157).

“yakni, orang-orang yang menjauh dari menyembah Jubt dan Thaghut, yaitu fulan dan fulan”. (Ibid).

Al Majlisi berkata: “Yang dimaksud dengan fulan dan fulan adalah Abu Bakar dan Umar”. (Bihar Al Anwar).
Karena itu, Syi’ah menganggap keduanya sebagai dua setan, wal iyadzu billah.
Sebagaiman disebutkan dalam Tafsir mereka mengenai firman Allah Ta’ala:
لَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ
“janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan”. (Q.S An Nuur: 21).
Mereka mengatakan: “Langkah-langkah setan, demi Allah, ialah kekuasaan fulan dan fulan”. (Tafsir Al ‘Ayyasyi dan Tafsir Ash Shafi).

Dari Abu Ja’far, ia berkata: “Jibril menurunkan ayat ini kepada Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam demikian:
“Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya dendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah kepada Ali kerena kedengkian” (Mirip dengan surat Al Baqarah: 90, dengan tambahan kalimat yang ditebalkan). (Ibid).

Ayat-ayat tersebut disangka kaum Syi’ah bahwa itu menunjukkan dengan terang atas keimaman Ali Radhiyallahu ‘Anhu, tapi kemudian Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu ‘Anhuma merubahnya sebagaimana yang mereka yakini.

Berdasarkan hal tersebut ada dua pertanyaan yang diajukan kepada Syi’ah:

Pertama: Ketika Abu Bakar dan Umar telah mengubah ayat-ayat ini, lalu mengapa Ali ketika menjadi khalifah tidak menjelaskan semua ini?! Atau, minimal, mengembalikan ayat-ayat ini dalam versi Al Quran yang aslinya?!.

Kami tidak mendapati Ali Radhiyallahu ‘Anhu melakukan hal ini. Bahkan Al Quran di masanya seperti pada masa para khalifah sebelumnya, dan sebagaiman di zaman Nabi. Karena Al Quran dipelihara oleh Allah Ta’ala:
إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (Q.S Al Hijr: 9).
Tetapi Syi’ah tidak mengetahuinya.

Kedua: Sebagian ayat yang mereka simpangkan untuk menetapkan kekuasaan, keimaman dan kekhilafahan Ali itu mengabarkan kepada kita dengan jelas bahwa ini tidak akan pernah ada!.

2. Syi’ah meriwayatkan (penafsiran) dari Abu Al Hasan terhadap firman Allah Ta’ala:
يُرِيدُونَ لِيُطۡفِ‍ُٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”. (Q.S As Shaaf: 8).
“Dan Allah tetap menyempurnakan imamah, dan imamah adalah cahaya. Itulah firman Allah ‘Azza Wajalla:
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya yang telah kami turunkan”. (At Taghabun: 8).

Abu Al Hasan mengatakan: “Demi Allah, cahaya ialah para imam dari keluarga Muhammad Shollallahu ‘Alaihi Wasallam pada hari kiamat”. (Al Kafi).

Pertanyaan: Apakah Allah menyempurnakan cahaya-Nya dengan menyebarkan Islam, ataukah memberi kekuasaan, wasiat dan khilafah kepada ahli bait?

3. Sebagian kitab-kitab Syi’ah meriwayatkan dari Ja’far Ash Shadiq bahwa ia berkata kepada seorang wanita yang bertanya kepadanya tentang Abu Bakar dan Umar: “Apakah aku mencintai keduanya?”, ia menjawab: “Cintailah keduanya”. Wanita tadi berkata: “Kelak aku akan mengatakan kepada Rabbku, jika aku berjumpa dengan-Nya bahwa engkau telah memerintahkan kepadaku utnuk mencintai keduanya?”, ia menjawab: “ya”. (Raudhah Al Kafi).

Sebagian kitab-kitab itu juga meriwayatkan, seorang dari sahabat Al Baqir merasa heran saat mendengarkan Al Baqir mensifati Abu Bakar dengan Ash Shiddiq. Maka ia bertanya: “Apakah engkau mensifatinya demikia?”, Al Baqir berkata: “Ya, Ash Shiddiq. Barangsiapa yang tidak menyebutnya Ash Shiddiq, maka Allah tidak membenarkan ucapannya di akhirat”. (Kasyf Al Ghummah).

Pertanyaan: Lantas apa pendapat Syi’ah tentang Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Al Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma?. Wallahu A’lam (ama).

Sumber: Asilah Qadat Syabaab Asy Syi’ah, Sulaiman bin Shalih Al Karasyi.
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).