Pertanyaan- Pertanyaan Yang Meruntuhkan Keyakinan Syi’ah (Bag. 3)

Benarkah Syi’ah Mencintai Ahli Bait?

1. Syi’ah mengklaim mencintai ahli bait dan keturunan Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam. Tapi kita dapati pada mereka apa yang bertentangan dengan kecintaan ini, di mana mereka mengingkari nasab sebagian keturunan Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam, seperti Ruqayyah dan Ummu Kultsum, kedua putri Rasulallahu Shollallahu ‘Alaihi Wasallam. Sebagaimana yang disebutkan dalam buku Syi’ah Indonesia: “Ruqoyah dan Ummu Kultsum, istri khalifah Utsman bukanlah putri Nabi Muhammad”. (“Pengantar Studi Kritis Tarikh Nabi”, Muthohari Press, hlm 164-165.)

Mereka juga mengeluarkan Al Abbas, paman Rasulallah berikut semua anaknya, dan Az Zubair bin Shafiyyah, bibi Rasulallah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam.

Mereka membenci banyak anak-anak Fatimah Radhiyallahu ‘Anha bahkan mencacai maki mereka, seperti Zaid bin Ali dan putranya, Yahya, Ibrahim dan Ja’far kedua putra Musa Al Kazhim, dan Ja’far bin Ali, saudara imam mereka, Al Hasan Al Askari.

Mereka meyakini bahwa Al Hasan bin Al Hasan “Al Mutsanna”, putranya Abdullah “Al Mahd”, dan putranya An Nafs Az Zakiyyah telah murtad!.

Demikian pula keyakinanmereka terhadap Ibrahim bin Abdillah, Zakaria bin Muhammad Al Baqir, Muhammad bin Abdillah bin Al Husain bin Al Hasan, Muhammad bin Al Qasim bin Al Husain, Yahya bin Umar dan lainnya.
Hal ini dibuktikan oleh perkataan salah seorang dari mereka: “Semua Bani Al Hasan bin Ali memiliki perbuatan yang tercela dan tidak tabah untuk melakukan taqiyyah”. (Ibid).

Pertanyaan: Lantas di manakah klaim mencintai ahli bait yang mereka gembar-gemborkan? apakah yang dimaksud ahlu bait adalah yang sesuai dengan kriteria mereka?

2. Syi’ah mengkafirkan semua ahli bait yang hidup pada abad pertama. Hal itu disebutkan dalam Hadts-Hadits dan sumber mereka yang terpercaya bahwa semua manusia setelah wafatnya Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam telah murtad kecualai tiga orang: Salman Al Farisi, Abu Dzar dan Al Miqdad. Sebagian mereka menyebut hingga tujuh orang. (Tanqih Al Maqaal).

Pertanyaan: Adakah salah satu dari tiga sahabat yang mereka kecualikan termasuk dari kalangan ahlu bait? bagaimana dengan nasib sahabat dari kalangan ahlu bait setelah wafatnya Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam?

3. Al Hasan Radhiyallahu ‘Anhu meskipun banyak pembela dan pengikutnya rela turun dari kekhilafahan untuk diserahkan kepada Mu’awiyah Radhiyallahu ‘Anhu. Sementara saudaranya Al Husain, meskipun sedikit pembela dan pengikutnya, menentang Yazid bin Mu’awiyah dan melakukan pemberontakan terhadapnya. Padahal mereka, Al Hasan dan Al Husain adalah imam yang ma’shum menurut Syi’ah.
Jika tindakan Al Hasan benar, berarti tindakan Al Husain itu bathil. Sebaliknya, jika tindakan Al Husain benar, berarti tindakan Al Hasan bathil.

Pertanyaan: Siapakah di antara keduanya, Al Hasan dan Al Husain yang ma’shum, benar dalam mengambil sikap dan jauh dari kesalahan? apa yang mereka lakukan terhadap kesalahan dari salah satu dari mereka yang dianggap imam?

4. Mereka mengkafirkan secara tegas sebagian ahlu bait, seperti Al Abbas, paman Nabi Shollallahu ‘Alaii Wasallam, yang mereka klaim, berkenaan dengannya turun firman Allah Ta’ala:
وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِۦٓ أَعۡمَىٰ فَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ أَعۡمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلٗا
“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”. (Q.S Al Isra: 72).

Demikian juga dengan putranya, Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, tinta umat dan ahli Tafsir Al Quran. Disebutkan dalam kitab Syi’ah Al Kafi yang isinya mengkafirkannya dan bahwa ia jahil lagi lemah akal. (Rijal Al Kusyi).

Dalam kitab mereka yang berjudul Rijal Al Kusyi disebutkan: “Ya Allah, laknatlah dua putra fulan dan butakanlah mata keduanya seperti buta hati keduanya…”. (Ushul Al Kafi).

Syeikh mereka Hasan Al Mushthafawi mengomentari perkataan tersebut dengan perkataannya: “Maksudnya adalah Abdullah bin Abbas dan Ubaidillah bin Abbas”. (Rijal Al Kusyi).

Pertanyaan: Apakah mereka berani mencela sahabat dari kalangan ahli bait yang Nabi doakan baginya pemahaman dalam ilmu agama dan Tafsir? apakah Nabi salah dalam memilih orang untuk didoakan kebaikan baginya. Wallahu A’lam (ama).

Sumber: Asilah Qadat Syabaab Asy Syi’ah, Sulaiman bin Shalih Al Karasyi.
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).