Bersyukur dengan Meninggalkan Maksiat

Akhi..

Sehat adalah nikmat.

Bisa sarapan pagi pun termasuk nikmat.

Merasakan aman adalah nikmat.

Ini setiap paginya yang kita peroleh.

Namun nikmat tersebut bisa menjadi bencana dan malapetaka kala tidak disyukuri dengan melakukan ketaatan.

Lihatlah apa yang dikatakan oleh seorang tabi'in terkemuka berikut ini.

Al Hasan Al Bashri berkata, "Allah memberikan nikmat kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Jika nikmat tersebut tidak disyukuri, nikmat itu berubah jadi azab (siksa)."

Jadi jangan tertipu dengan suatu nikmat, baik nikmat sehat, rasa aman maupun harta.

Makhlad bin Al Husain pernah berkata, "Asy syukru tarkul ma'ashi, namanya syukur adalah dengan meninggalkan maksiat."

Jangan sampai kesehatan, harta dan rasa aman malah kita gunakan untuk maksiat pada Sang Khaliq pemberi berbagai nikmat.

Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur.

Referensi: Iddatush Shobirin wa Dakhirotusy Syakirin, karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 148 dan 159.

Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal. 2 Rajab 1435 H.
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).