Amal dan Ilmu

”TANPA ILMU, AMAL TIDAK MUNGKIN DITERIMA ALLAH TA'ALA”

Sesungguhnya ilmu adalah imamnya amal, dan amal adalah pengikutnya dan prajuritnya. Setiap amal yang selalu menyelisihi ilmu (yang tidak mengikuti bimbingan ilmu) maka amal tersebut tidak akan memberikan manfaat bagi pelakunya bahkan dapat memberikan mudharat padanya.

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh sebagian kaum salaf: "Barang siapa yang beribadah kepada ALLAH tanpa ilmu maka yang dia rusak lebih besar dari apa yang dia perbaiki".

Suatu amal diterima atau tidaknya sangat bergantung sesuai atau tidaknya amal itu dengan ilmu. Apabila amal tersebut sesuai dengan ilmu maka amal tersebut diterima, dan apabila amal tersebut menyelishi ilmu (bertentangan) dengannya maka amal tersebut tertolak.

Jadi, Ilmu merupakan tolak ukur yang utama.

ALLAH berfirman dalam surah almulk: 2. "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun"

Berkata fudhail bin iyadh: "Amal yang paling ikhlas dan yang paling benar"

Sesungguhnya suatu amal jika ikhlas namun tidak benar maka amal tersebut tertolak. Dan jika benar namun tidak ikhlas juga tertolak. Ikhlas yaitu dilakukan karena ALLAH, dan benar yaitu harus sesuai dengan sunnah.

Ikhlas dan sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah 2 syarat diterimanya amal. Dan seseorang tidak mungkin bisa menghimpun kedua syarat tersebut melainkan dengan ilmu. Tanpa Ilmu, amal tidak mungkin diterima ALLAH ta'ala. Jadi ilmu merupakan petunjuk menuju keikhlasan dan petunjuk dalam mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

(Al-Ilmu fadhluhu wa syarafuhu: 92-93)
Terjemahkan secara ringkas.

Note: Ilmu yang dimaksud ialah yang bersumber dari alqur'an dan sunnah sebagaimana yang difahami oleh para sahabat Nabi yang mulia shallallahu alaihi wa sallam.
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).