Ridho Suami itu...

Copas dari milis angkatan, bagus niiih


Mengapa ridha suami itu adalah syurga bagimu wahai para istri:

1. Suamimu dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup. Namun ketika dia dewasa, dia memilih mencintaimu yang bahkan belum tentu mencintainya seumur hidupmu, bahkan sering kala rasa cintanya padamu lebih besar daripada cintanya kepada ibunya sendiri.

2. Suamimu dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah dan ibunya hingga dia beranjak dewasa. Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkahmu, perempuan asing yang baru saja dikenalnya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.

3.Suamimu ridha menghabiskan waktunya untuk mencukupi kebutuhan anak-anakmu serta dirimu. Padahal dia tahu, di sisi Allah, engkau lebih harus di hormati tiga kali lebih besar oleh anak-anakmu dibandingkan dirinya. Namun tidak pernah sekalipun dia merasa iri, disebabkan dia mencintaimu dan berharap engkau memang mendapatkan yang lebih baik dari padanya di sisi Allah.

4.Suamimu berusaha menutupi masalahnya dihadapanmu dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Sedangkan engkau terbiasa mengadukan masalahmu pada dia dengan harapan dia mampu memberi solusi. padahal bisa saja disaat engkau mengadu itu, dia sedang memiliki masalah yang lebih besar. namun tetap saja masalahmu di utamakan dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri.

5.Suamimu berusaha memahami bahasa diammu, bahasa tangisanmu. sedangkan engkau kadang hanya mampu memahami bahasa verbalnya saja. Itupun bila dia telah mengulanginya berkali-kali.



6.Bila engkau melakukan maksiat, maka dia akan ikut terseret ke neraka, karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiatmu. Namun bila dia bermaksiat, kamu tidak akan pernah di tuntut ke neraka. karena apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggung jawabkannya sendiri...

(Copas dari istri Ust. Abul Abbas-Yaman).

>> Saya kurang setuju dengan poin-poin diatas, suami seharusnya melakukannya bukan karena istri, melainkan karena Allah Swt. Berikut adalah balasan dari salah seorang senior di milis yang sama :D


Perlu hati-hati karena "ridha" isteri belum tentu di "ridhai" Allah.
Bukan karena takut istri, tapi karena meneladani Rasulullah

1. Suami yang mencuci baju sendiri sekali lagi bukan karena ingin menyenangkan istrinya, bukan karena takut tangan istri menjadi kasar, tapi karena Rasulullah melakukannya.

2. Suami tidak bersuara keras pada istri bukan karena takut dengan istrinya akan marah dan pergi dari rumah, tapi karena Rasulullah melakukannya.

3. Suami sabar dan diam ketika istri menuntut hal-hal diluar batas kemampuannya bukan karena takut ditinggalkan sang istri, tapi karena Rasulullah melakukannya.

4. Suami tersenyum melihat istrinya cemburu dan meradang kepada perempuan lain bukan karena takut kepada istrinya, tapi karena Rasulullah melakukannya.

5. Suami memakan makanan istrinya yang asin atau pun yang keras bukan karena mencoba romantis di depan istri. seakan-akan suami adalah makhluk rusak alat pengecapnya ketika didepan wajah istrinya, tapi karena Rasulullah menghargai masakan istrinya

6. Suami mengumpulkan sejumlah dana untuk disimpan istri bukan karena bodoh dalam mengatur keuangan, tapi karena rasulullah melakukannya.

7. Suami merawat anak-anak kecil ketika mereka sakit bukan karena mereka cocok jadi perawat pribadi, tapi karena Rasulullah melakukannya.

Jadi, Stop melakukan sesuatu karena merasa istri kita adalah nafas kita, jantung hati kita, kehidupan kita, itu sesuatu hal yang aneh yang coba dikaitkan dengan sesuatu yang romantis. lelaki yang romantis bukan yang menurut semua kemauan pasangan anda.

Lakukan saja karena Rasulullah melakukannya. tuntunannya karena Rasulullah. Maka hal itu bernilai ibadah, namun bila tujuannya karena istri anda, bisa saja yang ada dapatkan cuma ridha dari istri, bukan Ridha dari Allah. Berhatilah-hatilah. karena ibadah itu dinilai niatnya! Stop melakukan tindakan sok romantis yang tidak jelas pangkal ujungnya. Demikian info yang didapat dari copas.

Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).