Based on True story
Pada sebuah senja diawal dekade tujuh puluhan yang lalu, terlihat seorang pemuda yang tampaknya seperti seorang mahasiswa berjalan mondar mandir di depan sebuah kedai makan sejenis rumah makan Padang yang cukup resik dan rapih di kota dengan temperatur tidak pernah lebih dari 30oC, menunggu sampai tamu rumah makan sudah agak sepi, dengan tingkah yang segan dan malu-malu dia masuk ke dalam rumah makan tersebut.
"Bolehkah saya minta tolong disajikan sepiring nasi putih." Dengan kepala menunduk pemuda ini berkata kepada pemilik rumah makan.
Sepasang suami istri muda pemilik rumah makan, memperhatikan pemuda ini hanya meminta sepiring nasi putih dan tidak memesan lauk apapun, lalu menghidangkan sepiring penuh nasi putih untuknya.
Ketika pemuda ini menerima nasi putih sambil membayar seraya berkata dengan pelan : "dapatkah menyiram sedikit kuah sayur diatas nasi saya.
"Istri pemilik rumah makan berkata sambil tersenyum:"Ambil yang mana saja, yang engkau suka, tidak perlu bayar !"
Sambil makan, pemuda ini tentu berfikir "kuah sayur biasanya gratis." Lalu memesan sepiring lagi nasi putih.
"Apakah engkau masih lapar Nak, sehingga sepiring belum cukup??, Baiklah kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya." Dengan tersenyum ramah pemilik rumah makan berkata kepada pemuda tersebut. "Bukan, saya akan membawanya pulang, untuk jatah besok dibawa ke Kampus sebagai makan siang saya !"
Mendengar perkataan pemuda tersebut, pemilik rumah makan berpikir “pemuda ini tentu dari keluarga kurang mampu diluar kota , berjuang demi menuntut ilmu datang kekota, sambil mencari uang sendiri untuk kuliah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti”.
Berpikir sampai disitu pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur yang disembunyikan dibawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja dan memberikan kepada pemuda tersebut.
Melihat perbuatan tersebut, istrinya mengetahui bahwa suaminya sedang berusaha membantu pemuda tersebut, hanya dia tidak mengerti, mengapa daging dan telur harus disembunyikan di bawah nasi ?
Suaminya kemudian berbisik kepadanya : "Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk dinasinya dia tentu akan merasa bahwa kita bersedakah kepadanya, harga dirinya pasti akan tersinggung lain kali dia tidak akan mau datang lagi, jika dia ketempat lain hanya membeli sepiring nasi putih, mana ada gizi untuk kuliah. Selain itu kita akan kehilangan kesempatan untuk menolong sesama, dan saya akan menjadikan dia LADANG PAHALA, untuk itu perlu kita jaga supaya dia tetap mau datang ke rumah makan kita."
"Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya."
"Saya selalu mendengarkan bisikan qalbu yang selalu berbisik lembut dan menentramkan. Selain itu jika saya tidak baik, engkau tidak akan dikirim Allah untuk menjadi istrikukan???"
Sepasang suami istri muda ini merasa gembira dan hatinya berbunga-bunga dapat membantu orang lain yang perlu ditolong, pikirnya.
"Terima kasih, saya sudah selesai makan." Pemuda ini pamit kepada mereka.
Ketika dia mengambil bungkusan nasinya, seraya membalikkan badan sambil melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada pemikik rumah makan.
"Besok singgah lagi ya, engkau harus tetap bersemangat !" kata pemilik rumah makan sambil melambaikan tangan, dalam ucapannya terkandung maksud mengundang pemuda tersebut supaya besok tidak segan-segan datang kembali.
Sambil mengangguk pelan sepasang mata pemuda ini berkaca-kaca terharu, dan mulai saat itu setiap sore pemuda ini singgah kerumah makan mereka. Sama seperti biasa setiap hari hanya memakan sepiring nasi putih dan membawa pulang sebungkus untuk bekal keesokan hari.
Sudah pasti nasi yang dibawanya pulang terdapat lauk berbeda yang tersembunyi setiap hari, sampai pemuda ini tamat. Selama 20 tahun pemuda ini tidak pernah muncul lagi.
Pada suatu hari, ketika suami-istri ini sudah berangkat uzur, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus digusur untuk pelebaran jalan demi kenyamanan umum, mereka tiba-tiba kehilangan mata pencaharian dan mengingat anak mereka yang masih kuliah yang perlu biaya setiap bulan membuat suami istri ini berpelukan menangis dengan kepasarahan. Istriku kita harus senantiasa sabar, Allah sedang menguji kita. Saya percaya dibalik kesempitan ini aka nada kelapangan.
Pada saat mereka memandangi warungnya yang sudah rata dengan tanah, tiba-tiba seorang pemuda yang memakai pakaian rapih kelihatannya seperti direktur dari kantor bonafid turun dari mobil dan menghampirinya.
"Assalamulaikum, apa kabar?, saya adalah utusan direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintah oleh direktur kami mengundang Bapak dan Ibu untuk datang ke kantor kami bertemu Bapak Direktur.
"Siapakah direktur perusahaan anda?, mengapa direktur Anda peduli terhadap kami? saya tidak ingat dan tidak mengenal seorang direkturpun yang berurusan dengan kami!" sepasang suami istri ini berkata dengan terheran heran.
"Bapak dan Ibu adalah penolong dan kawan baik Bapak Direktur, direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan Ibu, hanya itu yang saya tahu”, yang lain setelah Bapak dan Ibu bertemu dengannya dapat bertanya langsung kepada beliau."
Sepasang suami istri bekas pemilik rumah makan ini dengan hati yang bersih tanpa berprasangka apapun menuruti ajakan pemuda tersebut untuk menghadap direkturnya. Akhirnya, mereka bertemu dengan sang direktur di ruang kerjanya yang megah namun mengesankan teduh dan bersahabat.
Ternyata sang direktur tersebut adalah sang pemuda yang dulu hanya memakan sepiring nasi putih ini muncul dihadapan mereka, setelah bersusah payah selama 20 tahun, akhirnya pemuda ini dapat membangun kariernya sebagai wira usaha sukses, setelah separuh kariernya mengabdi di perusahaan milik negara. Kerajaaan bisnisnya saat ini sedang berkembang dengan pesat didalam dan diluar negeri.
Dia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri ini, jika mereka tidak membantunya, kemungkinan dia tidak akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan akhirnya meraih kesuksesan yang gemilang seperti sekarang ini.
Pada pertemuan tersebut sang direktur mengutarakan maksudnya, setelah tadi pagi bermaksud makan pagi di rumah makan penolongnya, namun alangkah terkejutnya setelah mendapati sepasang penolongnya tengah mengumpulakan sesuatu dari bekas rumah makan tersebut yang sudah rata dengan tanah . Dengan spontan sang direktur memerintahkan stafnya untuk memanggil mereka setelah mengantarnya ke kantor dulu. “Bapak dan Ibu, saya bermaksud akan membuat kantin di kantor cabang saya yang baru ini, saya berharap dan mohon dengan hormat bapak dan ibu mau mengelolanya, biar kantor saya yang menyediakan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
Bapak dan Ibu beserta krunya tinggal datang membawa keahliannya saja, nanti keuntungannya kita bagi berdua.” Sepasang suami istri ini tidak mampu menjawab dengan kata-kata, hanya matanya tampak berkaca-kaca seraya mengangguk lemah hampir bersamaan.
Setelah berbincang-bincang, bercerita nostalgia masa lalunya bersama sang direktur, suami istri ini pamit hendak meninggalkan kantornya.
Sang direktur ini berdiri dari kursinya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata kepada mereka: "jangan menyerah dan tetap bersemangat ya! dikemudian hari kesehatan karyawan perusahaan ini tergantung kepada makanan yang bapak-ibu sediakan, sampai bertemu besok !"
Kebaikan hati dan balas budi selamanya dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan. Semua berjalan dan mengalir begitu saja seperti Sang Khalik telah mengaturnya.
Sign up here with your email