Telur atau ayam dulu?

Saya yakin bahwa temans sekalian sudah tidak asing dengan kalimat Tanya tersebut. Namun tulisan saya yang sekarang tidak akan membahas landasan teoritis dan hasil uji coba yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Yang akan saya bahas adalah pengetahuan tentang syariat dan hakikat. Mana yang lebih dulu? Berikut ada hikayat (kisah) yang saya dapatkan dari guru ngaji ketika saya masih kecil. Pas kemaren ada sepupu dari Sukabumi main ke Bandung, saya diingatkan kembali tentang kisah ini sehingga saya menuliskannya sekarang.

Dikisahkan suatu ketika, terdapat orang yang soleh sedang sakit gigi. Lalu beliau berdo’a kepada Allah agar disembuhkan sakitnya. Setelah berdo’a, beliau langsung mencabut segenggam rumput dan langsung mengunyahnya. “Ya Allah, aku telah berdo’a padaMu, dan aku akan berikhtiar dengan cara mengunyah rumput ini. Semoga Engkau menyembuhkan aku.“ Dengan izin Allah, akhirnya orang soleh tersebut sembuh dari sakit giginya.

Beberapa waktu kemudian, orang soleh tersebut sakit gigi lagi. Dan tanpa pikir panjang, orang soleh yang bersangkutan mencari jenis rumput yang pernah ia kunyah ketika dulu ia sakit gigi. Akhirnya beliau menemukan rumput tersebut dan langsung mengunyahnya. Tapi sakitnya tidak kunjung sembuh, dan mengadulah ia kepada Allah. “Ya Allah, mengapa tidak Engkau sembuhkan sakit gigiku ini? Padahal dulu saya sembuh karena mengunyah rumput ini.“ Allah pun menegur beliau karena telah percaya kepada rumput tersebut dibandingkan kepada Allah.

Akhirnya beliau sadar bahwa usaha yang dilakukannya tidak diawali dengan sebuah kepercayaan kepada Allah yang Maha Penyembuh, dan Maha Segala-galanya. Setelah bertobat dan meminta pertolongan kepada Allah semata, akhirnya ikhtiarnya pun dimudahkan oleh Allah SWT.

Dari kisah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang mendahului syari’at itu adalah hakikat. Jadi, ketika kita menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah terlebih dahulu. Ingin apa pun itu. Memiliki nasib baik, jodoh yang soleh/solehah, pekerjaan yang halal, keselamatan, kesehatan, dan lain sebagainya. Mintalah terlebih dahulu kepada Allah. Setelah itu, baru kita berusaha sambil tawakkal. Ketika usaha kita berhasil, bersyukurlah kepada Allah yang telah memberikan keberhasilan kepada kita.

Manusia adalah mahluk yang lemah. Allah bahkan menantang manusia untuk merebut makanan dari seekor lalat yang kadang membuat kita jijik. Apakah sekarang sudah ada alat yang bisa merebut makanan dari lalat? Temans, intinya kita senantiasa mengingat Allah dimana pun berada. Pintalah apa pun yang kita inginkan kepada Allah. Berusahalah dengan sungguh-sungguh, serta merasa bahwa Allah senantiasa dekat bersama kita sehingga setiap pekerjaan yang kita lakukan selalu diliputi rasa optimis dan menjadi nilai tambah untuk bekal kehidupan selanjutnya.

Semangkatz!!!!
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).