Arab Saudi tidak becus mengurus Haji

Arab Saudi Tidak Becus Mengurus Haji

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc / Sep 30, 2015

Ada yang mengatakan bahwa Arab Saudi tidak becus mengurus haji dan jamaah haji. Buktinya, tahun ini saja banyak jatuh korban dari dua peristiwa hingga menelan 700 lebih korban jiwa. Sehingga sebagian kalangan terutama orang yang benci pada Arab Saudi dari kalangan Syi'ah (Rafidhah) dan Liberal mengusulkan bahwa manajemen haji baiknya diurus oleh berbagai negara agar mencapai kualitas internasional.

Usulan di atas seakan menunjukkan Arab Saudi selama ini tidak becus mengurus haji. Padahal sejak zaman dahulu, sejak masa orang musyrik, penduduk Makkah sudah biasa mengurus haji. Ini buktinya.



Orang Musyrik Dahulu Membanggakan Diri Karena Mereka Pengurus Ka'bah

Allah Ta'ala berfirman,

مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ

"Dengan menyombongkan diri terhadap Al Quran itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari." (QS. Al-Mu'minun: 67)

Kata Ibnu Katsir rahimahullah, yang dimaksud mereka menyombongkan diri adalah menyombongkan diri dengan Ka'bah yang mereka urus. Mereka meyakini bahwa mereka yang jadi tuan pemilik Ka'bah tersebut. (Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim, 5: 467)

Disebutkan dalam Al-Mukhtashar fi At-Tafsir (hlm. 346), orang-orang musyrik dahulu menyombongkan diri dengan menyatakan bahwa mereka adalah Ahlul Haram, padahal tidak. Karena Ahlul Haram yang sebenarnya hanyalah orang bertakwa.

Dengan mengurus Ka'bah tadi, mereka menyombongkan dan membanggakan diri dengan amalan tersebut. Padahal mengurus Baitul Haram adalah ibadah. Tak perlulah ibadah tersebut disombong-sombongkan. Ibadah itu untuk menggapai ridha Allah, bukan mencari ridha manusia.



Orang Musyrik Sudah Mengurus Haji Sejak Dahulu

Disebutkan dalam ayat,

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ

"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah." (QS. At-Taubah: 19)

Ayat di atas menerangkan tentang orang musyrik yang mereka punya amalan baik memberi minum pada jamaah haji dan bahkan mengurus Masjidil Haram. Namun sayangnya, orang musyrik tersebut tidak mau beriman pada Allah. Mereka sangka bahwa cukup mengurus Masjidil Haram dan membantu jamaah haji saja itu sudah berpahala dan telah menggantikan keimanan pada Allah dan Rasul-Nya. Padahal hal itu tidak sama. Tetaplah beriman pada Allah dan jihad di jalan Allah lebih utama daripada memberi minum dan mengurus jama'ah haji.



Indonesia Mau Turut Serta Mengurus Haji di Tanah Suci

Indonesia dan negara lain mau turut mengurus jamaah haji, demikian usulan kalangan Liberal.

Jawabannya simpel. Coba jawab sendiri pertanyaan berikut ini.

Emangnya Indonesia sudah punya pengalaman?
Emangnya Indonesia sudah berpengalaman mengurus massanya sendiri? Lihat saja mengurus ribuan penonton konser saja tidak becus. Tetap ada juga jatuh korban. Apalagi mengurus jutaan orang?!
Emangnya Indonesia becus ngurus bencana di negerinya sendiri? Dollar yang terus melonjak naik, kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang belum kunjung padam, apa becus diurus?
Silakan para pembaca menilai sendiri, manakah yang lebih berpengalaman mengurus haji? Apa yang baru mau turun tangan atau sudah mengurus haji berabad-abad? Yang sudah pernah mukim di Makkah dan Madinah, sudah pernah haji, atau sudah pernah menunaikan umrah pasti bisa menilai sendiri bagaimana manajemen Arab Saudi dalam mengurus haji.



Ini Buktinya …

Jika 1 orang jamaah membutuhkan 20 liter air bersih untuk standar minimal MCK di luar zam-zam, maka sehari Mekah memerlukan sekitar 20 liter x 4 juta orang = 80 juta liter air. Bagaimana menyediakan 80 juta liter air setiap hari untuk keperluan MCK jamaah haji, padahal lembah hijaz itu, tidak ada sumber air selain zam zam. Sumber Air bersih untuk kebutuhan MCK adalah laut merah, yang disuling, itupun harus dialirkan sejauh 60 km. Anda yang pernah haji atau umrah, pernahkah kesulitan mendapatkan air bersih? Atau pernahkah terdengar keluhan dari jamaah yang kekurangan air, atau tandon yang kosong, atau kran yang macet seperti di negara kita? Tidak ada ada bukan?
Lalu bagaimana menyediakan 12 juta liter air zam-zam setiap hari untuk kebutuhan wudhu dan minum jamaah, belum lagi air zam-zam yang disediakan pemerintah Saudi untuk dibawa pulang secara gratis? Pernahkah terdengar ada jamaah yang mengeluh karena kehausan atau tidak kebagian air zam-zam?
Kita beralih ke soal sampah. Jika seorang jamaah menghasilkan sampah 20 gram saja sehari, berarti 20 gr x 4 juta = 80 juta gr = 8 ton sampah kering perhari yang harus dibersihkan dan disediakan tempat penampungan. Kita tidak bisa bayangkan, andai kota Mekah ada di bumi jakarta. Betapa pusingnya pemerintah DKI dalam menanganinya. Mungkin presiden harus sediakan menteri khusus urusan sampah
Selanjutnya masalah Sanitasi.Untuk bisa BAB, tentu butuh sarana dan prasarana. Sekarang, berapa kotoran padat dan cair manusia di Mekah yang harus dibersihkan? Jika seorang jamaah buang kotoran padat 5 gram dan ½ liter kotoran cair, tentu jumlahnya mencapai sekitar 20 ton kotoran padat dan 40 ton kotoran cair. Adakah jamaah mengeluh terkena penyakit akibat sanitasi yang mampet? Atau masalah MCK yang gak beres? Hampir tidak kita jumpai bukan? (Status Jumat Ahmadi Suryawan)
Silakan simpulkan apakah benar Arab Saudi tidak becus mengurus jamaah haji. Wallahu waliyyut taufiq.



Di pagi hari penuh berkah, 17 Dzulhijjah @ Darush Sholihin Panggang, Gunungkidul

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).