"Untuk Di Renungi". Pria yang duduk di sampingku semalam adalah seorang syaikh yang LUAR BIASA.
Umurnya tak kurang dari 50-an tahun. Kerut di wajahnya belum lagi banyak.janggut putih yang disemir dengan warna merah menghiasi wajah teduhnya.
Tampilannya begitu bersahaja,hanya jubah putih yang polos dan selembar kain putih yang menjadi mahkotanya. HP pegangannya hanya N 73 jadul yang sudah gores dan lecet di sana-sininya.
Seperti rutinitas biasanya, beliau begitu antusias untuk selalu hadir di majlis Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad,Ulama Ahli Hadits senior di Madinah,dalam kajian kitab 'Shahih Muslim' seusai shalat maghrib di Masjid Nabawi.
Dalam hati saya bergumam, "Seseorang seperti beliau selalu menyempatkan dirinya di majlis ilmu seperti ini ?! kiranya malaikat manakah yang menjadi pendampingnya ?!".
Tangan kirinya memegang kitab,sedang yang kanannya dengan cekat menulis setiap faidah dan pelajaran yang sedang ia simak.Begitu khusyuk.Pemandangan yang tak pernah saya lihat di nusantara kita, Indonesia.
Sebenarnya ada satu hal yang ingin saya utarakan kepada beliau selepas Isya nanti.Namun,saya sempat ragu,dan pastinya kalian pun akan sama ragunya dengan saya kalau tahu siapa beliau ini.
Beliau adalah Syaikh Yusuf Abu Muhammad.
Umurnya tak kurang dari 50-an tahun. Kerut di wajahnya belum lagi banyak.janggut putih yang disemir dengan warna merah menghiasi wajah teduhnya.
Tampilannya begitu bersahaja,hanya jubah putih yang polos dan selembar kain putih yang menjadi mahkotanya. HP pegangannya hanya N 73 jadul yang sudah gores dan lecet di sana-sininya.
Seperti rutinitas biasanya, beliau begitu antusias untuk selalu hadir di majlis Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad,Ulama Ahli Hadits senior di Madinah,dalam kajian kitab 'Shahih Muslim' seusai shalat maghrib di Masjid Nabawi.
Dalam hati saya bergumam, "Seseorang seperti beliau selalu menyempatkan dirinya di majlis ilmu seperti ini ?! kiranya malaikat manakah yang menjadi pendampingnya ?!".
Tangan kirinya memegang kitab,sedang yang kanannya dengan cekat menulis setiap faidah dan pelajaran yang sedang ia simak.Begitu khusyuk.Pemandangan yang tak pernah saya lihat di nusantara kita, Indonesia.
Sebenarnya ada satu hal yang ingin saya utarakan kepada beliau selepas Isya nanti.Namun,saya sempat ragu,dan pastinya kalian pun akan sama ragunya dengan saya kalau tahu siapa beliau ini.
Beliau adalah Syaikh Yusuf Abu Muhammad.
- Seorang Milyarder besar negeri ini,Saudi Arabia.
- Pemilik hotel-hotel berbintang 5 di Mekkah dan kota lainnya.
- Pemilik puluhan sekolah dan lembaga-lembaga tahfidzul qur'an di seluruh Saudi.
- Pemilik belasan pabrik emas,perak,barang tambang,plastik,dan lainnya.
- Membangun puluhan mesjid di Saudi maupun luar negeri.
- Membangun fasilitas apartemen dan asrama GRATIS yang ia sediakan untuk para penuntut ilmu.
- Membangun dapur umum di Riyadh, Mekkah, Madinah,yang selalu menyediakan makan malam ataupun siang secara GRATIS kepada ribuan jama'ah haji dan umroh.
- Membagi-bagikan uang kepada jama'ah umroh sekitar Masjidil Haram pada hari jum'at tidak kurang dari ratusan juta rupiah.
- Dan proyek-proyek lain yang pasti beliau sembunyikan dari khalayak..
Ya ! itulah beliau..
Seorang milyarder yang tidak kurang penghasilannya dari 15 Milyar/hari ! per-ha-ri.Ya ! perhari,bukan perbulan..
itulah sosok LUAR BIASA yang sempat membuatku ragu untuk maju.
Setelah kutunggu beliau menyelesaikan shalat sunnahnya, dengan bismillah bermodal nekat akhirnya kuberanikan diri untuk langsung menyapanya.
Beliau begitu rendah hati,salamku dijawab tak kalah hangatnya,dan saat kuangkat wajahku untuk mencium kepalanya,beliau menolak.
"Aku bukan siapa-siapa",bahasa tubuhnya menjelaskan.
Orang-orang kaya di negeri ini sudah sering saya jumpai.
Namun yang seperti beliau,ini pertama kalinya.
Pertama kalinya saya melihat seorang milyarder dan bisnisman kelas atas begitu menghinakan dirinya dihadapan ilmu dan para Ulama.
Pertama kalinya saya melihat seseorang seperti beliau menghidangkan makan malam untuk jama'ah umroh yang entah berantah dari planet mana dengan tangannya sendiri.
Pertama kalinya saya menyaksikan orang seperti beliau mau mengingatkan orang agar tidak sibuk dengan berfoto-foto ria di masjid nabawi dan sekitarnya.
Pertama kalinya saya melihat orang seperti beliau memiliki anak-anak yang tak bermobil butut terlebih yang berpintu dua,padahal amat sangat mampu.
Pertama kalinya saya melihat orang sekelas beliau memberikan nasehat-nasehat dan petuah emas tentang akhirat kepada semua tamu undangannya.
Pertama kalinya saya melihat orang sekelas beliau hanya bersenjatakan hape jadul N 73 yang usang dan butut.
Pertama kalinya saya bertemu dengan orang sekelas beliau yang mau mendengar celotehan saya yang tak dikenalnya ini.
Subhaanallah.Baarakallah fiihi wa maalih.
Aah...terlalu lelah menuliskan tentang beliau.
Pikiranku melambung ke langit,membawa lamunanku terbang ke angkasa,"kapankah aku bisa sepertinya ?".
Semua kekagumanku tadi belum tuntas,masih ada satu lagi :
Beliau adalah salah satu murid senior syaikh Bin baaz,rahimahullah.
yap ! Komplit sudah !
Oleh: Musa Attamimy, Mahasiswa Universitas Islam Madinah
Sign up here with your email