Kesombongan, Kok Didakwahkan!

Sobat! Orang bersikap sombong pasti tercela dan berdosa. Bahkan, Rasulullah shallahu 'alaihvi wa sallam bersabda:

لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر

"Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan." (Muslim)

Dan tentu kesombongan itu lebih buruk lagi bila dijadikan sebagai ajaran yang diajarkan dan disosialisasikan kepada masyarakat umum.

Diantara bentuk kesombongan ialah dengan berkata: andai, atau semoga saja atau saya rindu, atau tangan saya gatal untuk ketemu musuh. Andai ketemu musuh niscaya saya akan habisi dan ini dan itu ....

Ucapan dan sikap mencari-cari atau paling kurang berangan-angan apalagi bercita-cita untuk bertemu musuh adalah bentuk kesombongan.

Betapa banyak orang yang berkata demikian, namun pada gilirannya ketemu musuh beneran, mereka segera lari tunggang langgang.

Dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لا تتمنوا لقاء العدو وأسالوا الله العافية ولكن إذا لقيتموهم فاصبروا واعلموا أن الجنة تحت ظلال السيوف

"Janganlah kalian berangan angan untuk bertemu dengan musuh dan mohonlah keselamatan/kebebasan dari cobaan. Namun bila benar benar berjumpa dengan musuh maka sabarlah (hadapi dengan gagah berani) dan ketahuilah bahwa surga berada dibawah kilauan pedang/senjatamu." (Muslim)

Hadis di atas tentu menyelisihi ucapan sebagian pemuda yang berkata : "kenapa sih, pada takut syiah berkuasa di negri ini ?"

"Biarkan saja mereka masuk pemerintahan, nanti kalau mereka berulah kita hadapi dan kobarkan jihad melawan mereka. Saya tidak takut mati, kan mati syahid dan masuk surga."

Ucapan ini nampaknya baik, namun sejatinya ucapan itu adalah kesombongan dan kecerobohan dalam bertutur kata.

Oleh Ust. DR. Muhammad Arifin Badri, حفظه الله تعالى
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).