Hakikat Liberalis

Bagus banget buat dibaca, twit dari ust. Felixsiauw:

1. berpikir dalam hal keimanan hingga kuat keyakinan itu tuntunan | sedang berpikir dalam ketentuan syariat Allah hantarkan kesesatan

2. dalam Al-Qur'an, ratusan ayat ajak kita berpikir | agar kita menyadari eksistensi Allah, agar kita meyakini adanya Allah

3. Allah meminta manusia, mengamati penciptaan langit-bumi, siklus hari, siklus angin, siklus air, dan lainnya | agar nyata kekuasaan-Nya

4. karenanya manusia yang berakal takkan mampu menafikkan adanya Allah | sebagai Rabb (Tuhan), pengatur langit-bumi dan segala diantaranya

5. menjadikan Allah sebagai Rabb (Tuhan), pemelihara segala | akan tercapai bila kita gunakan akal | karena itu satu-satunya jalan

6. pengakuan Allah sebagai Rabb (Tuhan) melalui berpikir ini membawa konsekuensi | bahwa manusia harus terhubungkan dengan-Nya

7. hubungan mesra antara Rabb (Tuhan) dan hamba-Nya inilah yang disebut ibadah 'mahdhah' | lazimnya disebut hablum minallah

8. logikanya, bila Allah itu Rabb (Tuhan) | konsekuensinya, Dia-lah yang layak disembah | layak tentukan hukum, layak dipinta dan ditaati

9. maka dalam Islam, Allah tidak hanya cukup diyakini sebagai Rabb (Tuhan), namun juga sebagai satu-satunya "ilaah" (sesembahan)

10. karena Arab Quraisy jahiliyah menjadikan Allah sebagai Rabb (Tuhan) | tapi mencari sesembahan lain, sebab itu mereka musyrik

11. Arab Quraisy jahiliyah dahulu menuhankan Allah | namun enggan berhukum dengan hukum Allah | lebih suka memakai cara mereka sendiri

12. padahal meyakini Allah sebagai Rabb (Tuhan) | meniscayakan manusia menggunakan aturan-Nya untuk menyembah-Nya sebagai 'ilaah' (sesembahan)

13. tatacara menghamba pada Allah inilah yang disebut syariat | mengatur cara berhubungan dengan Allah, diri sendiri dan manusia lain

14. kembali ke akal | logikanya, "bila Allah sudah kita buktikan pasti kebenarannya dengan akal, maka apapun yang datang dari-Nya benar"

15. karena iman pada Allah terbukti secara akal | maka sebetapapun tidak masuk akal syariat Allah bagi kita, itu karena kelemahan akal

16. disinilah seorang Muslim diuji | akal memang alat menuju iman | namun setelah beriman, akal tunduk pada iman

17. karena iman sudah dengan jalan akal | maka pada gilirannya | apapun yang tertunjuk oleh iman, ya dilaksanakan tanpa keraguan

18. sebelum beriman fungsi akal adalah mencari ke-Tuhan-an kepada Allah | setelahnya berganti pada memahami syariat Allah

19. jadi bila suatu syariat, nggak atau belum masuk akal | itu karena kelemahan dan keterbatasan akal kita, bukan syariatnya harus diganti

20. kaidahnya "dimana ada SYARIAT, disitu ada MANFAAT" | bukan dibalik "dimana ada MANFAAT berarti itu SYARIAT"

21. salah satu misi liberalisme adalah membalik kaidah barusan | bukan SYARIAT yang jadi MANFAAT, tapi yang dianggap MANFAAT jadi SYARIAT

22. maka kesalahan terbesar liberalis adalah | berpikir dalam masalah syariat | tapi taqlid (membebek) pada barat dalam masalah keimanan

23. seharusnya seorang Muslim | berpikir dalam masalah keimanan, dan taat (mengikut) dalam masalah syariat | simpel kan 

24. maka ketika syariat mengharamkan khamr, tiada lagi perlu pikirkan MANFAAT | ketika syariat haramkan riba, tiada perlu pikir MANFAAT

25. juga ketika syariat perintahkan puasa, jihad, atau khilafah n| tak sepantasnya bicara MANFAAT - MUDHARAT | jalankan saja

26. banyak bertanya tentang eksistensi Allah (bukan dzat-Nya) menambah keimanan | menambah keyakinan akan adanya Dia yang Maha Segala

27. banyak bertanya tentang syariat (untuk mendebatnya) ciri miskin keimanan | tidak manfaat selain menambah keraguan akan syariat

28. jadi nggak perlu heran para liberalis selalu bertanya tentang syariat (untuk mendebat atau mengolok-olok) | itu masalah mereka

29. karena liberalis salah tempatkan akal | di wilayah yang harus mengikut dia mikir | di wilayah yang harus mikir dia ngikut

30. semoga kita selalu berpikir tentang Allah (bukan dzat-Nya) | hingga hadir keimanan yang kuat | karenanya taat pada syariat-Nya
Previous
Next Post »
"Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya, barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib bagi kamu berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama). Karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat." (HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad Darimi; Ahmad; dan lainnya dari Al ‘Irbadh bin Sariyah).