✅Menunggu Sholat Sambil Sholat Walau Tidak Sedang Sholat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
➡Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلاَتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا ، وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لاَ يُخْرِجُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ الْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلاَّهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ ، وَلاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلاَةَ
➡Dalam lafaz yang lain:
صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ فَلَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ
1) Keutamaan menunggu sholat. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
فأثبت للمنتظر حكم المصلي
“Maka ditetapkan bagi orang yang menunggu sholat sama hukumnya dengan orang yang sedang sholat.” [Fathul Bari, 1/538]
2) Keutamaan sholat wajib berjama’ah di masjid bagi laki-laki, adapun bagi wanita lebih afdhal sholat di rumah.
3) Tidak dipersyaratkan ia menunggu sholat di tempat sholat sebelumnya, boleh baginya untuk berpindah tempat selama masih di masjid.
4) Keutamaan ini akan ia dapatkan selama belum berhadats, yaitu belum batal wudhunya, maka apabila batal wudhunya hendaklah ia berwudhu kembali dan lebih baik lagi kalau ia melakukan sholat sunnah wudhu.
5) Hadits ini juga menunjukkan bahwa berhadats di masjid lebih jelek dari pada membuang ingus di masjid, karena orang yang telah berhadats tidak mendapatkan doa para malaikat.
[Disarikan dari Fathul Bari, 1/538-539]
6) Hadats yang dimaksud dalam hadits adalah hadats secara hakiki, seperti buang angin, namun dapat diambil pelajaran darinya bahwa hadats secara maknawi lebih terlarang lagi, seperti menyakiti orang dengan ucapan dan perbuatan (lihat Fathul Bari, 2/143).
7) Keutamaan sholat jama’ah 25 derajat adalah di awal Islam, kemudian ditambah oleh Allah ta’ala menjadi 27 derajat sebagaimana dalam hadits-hadits yang shahih (lihat Syarhul Bukhari libni Baththol, 2/276).
8) Sholat jama’ah adalah sebab persatuan dan syi’ar Ahlus Sunnah, adapun ahlul bid’ah senangnya menyelisihi jama’ah (lihat Syarhul Bukhari libni Baththol, 2/278).
9) Keutamaan meneladani sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang mengandung banyak keberkahan.
10) Keluasan rahmat Allah ta’ala untuk hamba-hamba-Nya.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Boleh disebarkan sebagai ta'awun dalam dakwah tauhid dan sunnah, jazaakumullaahu khayron wa baaroka fiykum.
[disingkat oleh WhatsApp]
Sign up here with your email